PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN, BERJUANG TANPA BATAS
Panglima Besar Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartawiraji yang merupakan seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya bernama Siyem yang merupakan keturunan Wedana Rembang. Sejak kecil beliau diasuh oleh seorang Camat bernama Raden Cokrosunaryo.
Pada awal karirnya beliau adalah seorang guru. Beliau mengajarkan murid-muridnya pelajaran moral dengan menggunakan contoh dari kehidupan para rasul dan kisah wayang tradisional. Meski bergaji kecil, Sudirman tetap mengajar dengan giat. Dalam beberapa tahun beliau diangkat menjadi kepala sekolah meskipun tidak memiliki ijazah guru.Selama mengajar, Soedirman sangat disegani oleh masyarakat. Pada zaman penjajahan Jepang tepatnya di tahun 1944, Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Sehubungan dengan posisinya di masyarakat, Soedirman dijadikan sebagai komandan (daidanco) dan dilatih bersama orang lain dengan pangkat yang sama.
Pada tanggal 12 November 1945, dalam pertemuan pertama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), beliau terpilih sebagai pemimpin TKR setelah melalui pemungutan suara yang buntu dua tahap. Sambil menunggu pengangkatan, pada akhir November beliau memerintahkan Divisi V untuk menyerang pasukan Sekutu di Ambarawa.
Salah satu kisah yang sangat melegenda dari Jenderal Soedirman yaitu saat perang gerilya yang berlangsung pada Desember 1948 hingga awal Juli 1949. Strategi perang gerilya merupakan cara berperang secara sembunyi-sembunyi dan menyerang secara tiba-tiba. Selama perang gerilya tersebut, Jenderal Soedirman memimpin pasukannya untuk menyerang pos-pos yang dijaga oleh Belanda atau saat konvoi. Tujuan dari perang gerilya sendiri yaitu untuk memecah konsentrasi Belanda pada saat perang. Perang gerilya terjadi karena Agresi Militer II yang dilancarkan oleh Belanda.